Tabungan orang-orang kaya makin tambun, sementara yang pas-pasan makin loyo
Ilustrasi menabung.
Sejak pandemi Covid-19, celengan kaum berduit di bank, seperti diindikasikan oleh tabungan lebih dari Rp5 miliar, kian tambun. Sebaliknya kelompok pas-pasan, yaitu pemilik tabungan maksimum Rp100 juta, kemampuannya mengisi pundi di bank makin lemah, seperti terlihat dari data yang dipublikasikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Pada Maret 2022 misalnya, kelompok tabungan di atas Rp5 miliar tumbuh 13,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir atau sejak Maret 2018.
Untuk tabungan dengan nilai Rp100 juta ke bawah, pertumbuhan tertingginya justru terjadi pada Maret 2018, yaitu 8,7 persen (yoy). Terus loyo sepanjang tahun, sampai akhirnya hanya mampu bertambah 4,8 persen pada Maret 2022.
Kondisi ini menyiratkan akumulasi kekayaan yang diindikasikan melalui simpanan di bank dalam bentuk tabungan, makin terkonsentrasi di kelompok kaya raya. Sebaliknya, kemampuan kelompok pas-pasan menyisihkan pendapatan untuk ditabung makin lemah.
Data yang dikeluarkan oleh LPS ini sekaligus mengisyaratkan bahwa kelompok kaya raya makin irit konsumsi. Mereka lebih suka menimbun dananya dalam tabungan di bank. Tidak begitu yang terjadi pada kelompok pas-pasan.
Bayangkan saja, rata-rata dana yang mengendap di pemilik tabungan tambun pada Maret 2022 mencapai Rp31,9 miliar setiap rekening. Sedangkan untuk tabungan dengan nominal di bawah Rp100 juta hanya Rp2,1 juta di setiap rekening yang totalnya sekitar 447,2 juta rekening.
Jumlah rekening tabungan yang di dalamnya tersimpan dana di atas Rp5 miliar, hanya 0,03 persen dari jumlah rekening tabungan dengan nominal di bawah Rp100 juta. Namun, rata-rata uang yang mengendap pada setiap rekeningnya mencapai 14.929 kali lipat dibandingkan dengan rata-rata nominal tabungan per rekening dengan besaran maksimal Rp100 juta.
Anda di kelompok mana?

