Data Bicara
Ekonomi
Kolom
Politik & Keamanan
Humaniora
Rehat
Mancanegara
Lingkungan
Percakapan
Good Radio Jakarta

7 Tip Mengurangi Risiko Alzheimer dan Demensia

Selain faktor genetika dan lingkungan, demensia juga bisa muncul akibat dari gaya hidup tertentu.

A   A   A   Ukuran Font

Jakarta, Koridor.co.id - Selain faktor genetika dan lingkungan, demensia juga bisa muncul akibat dari gaya hidup tertentu.

Menurut Jessica Caldwell, direktur dari Women's Alzheimer's Movement Prevention Center di Cleveland Clinic, hal-hal kecil pun dapat membantu Anda mengurangi risiko demensia dan Alzheimer selama Anda konsisten melakukannya.

"Perubahan kecil dari waktu ke waktu dapat menambah manfaat besar bagi otak Anda seiring bertambahnya usia," katanya.

Lalu bagaimana sebaliknya dengan hal-hal yang seharusnya jangan kita lakukan untuk menghindari risiko demensia? Berikut ini, beberapa ahli saraf dan dokter berbagi kebiasaan mereka untuk menjaga kesehatan otak secara optimal.

Hindari Makanan Olahan

Bagi kebanyakan dari kita, secara finansial mungkin tidak bisa makan makanan bergizi sepanjang waktu. Namun jika Anda menjadikan makanan olahan atau processed foods sebagai diet utama, Anda merugikan otak Anda.

"Kebiasaan makanan cepat saji mengurangi kemungkinan adanya ruang dalam diet Anda untuk makanan yang menyehatkan otak seperti sayuran hijau, sayuran berdaun, ikan kaya omega-3, beri dan kacang-kacangan," kata Caldwell kepada HuffPost.

Tingginya kadar omega-3 di otak, misalnya, dapat membantu sel-sel otak berkomunikasi lebih baik dengan sel-sel lain di dalam tubuh. Alzheimer's Society menyebutnya sebagai proses penting untuk fungsi otak.

Selain itu, diet yang mengurangi makanan fermentasi seperti yogurt, kefir atau kimchi, dapat menyebabkan masalah kognitif, menurut ahli saraf Friederike Fabritius.

"Microbiome memengaruhi otak, jadi makan makanan fermentasi setiap hari adalah cara yang pasti untuk secara dramatis meningkatkan kesehatan otak Anda. Sebagian besar neurotransmiter kami diproduksi di usus," katanya.

Jangan Malas Bergerak

Randall Wright, direktur medis dari Brain Wellness Center di Houston Methodist The Woodlands Hospital, menyamakan olahraga dengan "bluetooth untuk otak", yang membantu kita membuat koneksi yang lebih baik.

Olahraga juga meningkatkan aliran darah ke otak, dapat menurunkan stres, mengurangi peradangan dan, tentu saja, menjaga kesehatan jantung. Semua hal ini berkontribusi pada pikiran yang lebih sehat.

Jangan Antisosial

Kesepian merugikan kesehatan fisik dan mental kita. Isolasi sosial, atau menghindari sosialisasi memiliki efek negatif pada otak. Penelitian juga membuktikan orang-orang yang memiliki hubungan sosial yang hebat hidup rata-rata delapan tahun lebih lama.

"Banyak yang terjadi ketika kita berinteraksi, kita banyak memproses," kata Dr. Zaldy Tan, direktur Jona Goldrich Center for Alzheimer's and Memory Disorders di Cedars-Sinai di California.

Ketika kita tidak melakukan itu, jalur saraf itu tidak dimanfaatkan dan mulai menghilang, yang dapat mempercepat penurunan kognitif.

Kehilangan stimulasi itu juga dapat menyebabkan hal-hal seperti penurunan aktivitas fisik dan depresi, yang juga berkorelasi dengan demensia.

Jangan Mengurangi Jam Tidur

Tidur yang cukup tidak hanya memastikan Anda lebih segar dan memiliki lebih banyak energi, tetapi juga terbukti membantu otak Anda terus memproses secara normal.

"Dua belas tahun yang lalu kami belajar tentang sistem glymphatic, pada dasarnya tempat sampah otak," kata Wright.

Ketika Anda tidur, area itu sangat aktif memindahkan "sampah", semua hal yang menumpuk pada penderita Alzheimer dan demensia dihilangkan melalui sistem ini.

Terlebih lagi, kata Caldwell, kurang tidur dapat membuat sulit untuk terlibat dalam perilaku sehat yang membutuhkan energi, seperti olahraga, dan dapat memengaruhi suasana hati dan tingkat stres kita.

Jangan Mengabaikan Stres

Stres, sebagaimana kita tahu, berdampak negatif pada kesehatan.

Meskipun tidak ada kehidupan yang bebas stres, yang penting bukanlah berusaha menghindarinya, tetapi belajar bagaimana mengelola dengan lebih baik ketika itu terjadi.

Stres meningkatkan jumlah kortisol, dan jika berlangsung terus menerus, itu dapat merusak otak.

Hindari Penyebab Tekanan Darah Tinggi

Merokok, diet yang tidak sehat dan kurang olahraga hanyalah beberapa hal yang berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Dan tekanan darah tinggi adalah salah satu dari banyak hal yang dapat menyebabkan demensia.

"Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, yang tidak terkontrol menunjukkan peningkatan risiko terkena demensia di kemudian hari," kata Tan.

Melakukan apa yang Anda bisa untuk mengurangi beberapa gaya hidup yang berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi, akan membantu mencegah penurunan otak kognitif di masa depan.

Teruslah Belajar

Anda mungkin sudah bertahun-tahun lulus sekolah, tetapi Anda harus terus melatih pikiran dan membuatnya tetap tajam.

Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa orang dewasa yang melanjutkan pendidikan mereka memiliki risiko 19% lebih kecil terkena demensia.

"Setiap kali kita belajar hal-hal baru, kita tahu bahwa kita membentuk koneksi baru antara sel-sel otak," lanjut Tan.

Tan kemudian menjelaskan, setiap kali Anda belajar hal-hal baru, Anda meningkatkan apa yang kita sebut plastisitas otak. Plastisitas otak adalah kemampuan pikiran dan otak kita untuk beradaptasi dengan perubahan. Itulah sebabnya mengapa orang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi memiliki risiko lebih kecil terkena demensia di kemudian hari. (Kontributor)

 

*** Saduran dari HuffPost.

#Demensia #Risiko Alzheimer